top of page

Keunikan Kapal Pinisi, Saatnya Anda Berlayar Bersama Kami

Updated: Jan 10, 2022


Kapal pinisi merupakan jenis perahu layar tradisional Indonesia khas Suku Bugis. Seperti yang diketahui Suku Bugis memiliki kepiawaian dalam mengarungi lautan dan samudera, maka dari itu disebut sebagai pelaut handal.


Sejak dahulu, Suku Bugis telah pergi melaut menggunakan jenis perahu tersebut. Proses pembuatan perahunya dilakukan sendiri oleh Suku Bugis dengan cara tradisional dan manual, ini yang membuat perahunya menjadi khas.


Perahu ini telah populer sejak abad ke 14, ketangguhannya telah sampai di telinga seluruh dunia. Hingga sekarang, perahu tersebut masih populer digunakan dan menjadi salah satu kebanggaan Negara Indonesia.


Fakta Unik Tentang Kapal Pinisi

Di zaman sekarang ini perahu tersebut telah berubah fungsi dari pengangkut barang menjadi kapal pesiar mewah. Tidak hanya tampilan luarnya saja, interiornya juga dibuat mewah dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas.


Kapal pesiar mewah tersebut ternyata memiliki banyak keunikan filosofis di balik pembangunannya itu. Berikut fakta-fakta unik perahu yang menjadi kebanggaan dari Suku Bugis dan Indonesia.


1. Makna Kapal Pinisi

Fakta unik pertama terletak pada tiang dan layar dari perahu tersebut. Perahu tersebut memiliki dua tiang utama dan 7 layar, ini bermakna jumlah samudera yang pernah dijelajahi oleh nenek moyang.


Dua tiang utama juga memiliki makna sebagai 2 kalimat syahadat. Pada tujuh layarnya juga memiliki makna jumlah ayat Al Fatihah. Ini merupakan doa agar pelautnya selalu selamat di setiap perjalanannya.


2. Terdapat Ritual Pembuatan


Sebelum membuat perahu pinisi, ada ritual atau upacara khusus yang perlu dilakukan terlebih dahulu. Ritual yang dilakukan termasuk menentukan hari baik untuk melakukan pencarian kayunya.


Dijalankannya upacara khusus tentu bukan tanpa makna, pencarian kayu baiknya dilakukan pada hari ke 5 atau 7. Ini dikarenakan angka 5 memiliki makna rezeki, sedangkan 7 adalah keberuntungan.


3. Dikerjakan Oleh 5 Orang


Perlu diketahui bahwa pembuatan perahu jenis ini membutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan hanya dikerjakan oleh 5 orang saja. Untuk membuat satu buah perahu membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan.


Penduduk setempatnya meyakini bahwa banyaknya orang akan mempengaruhi hasil. Memang pekerjaan menjadi lebih cepat selesai, tapi nilai seni pada pinisi berkurang. Untuk sekarang pembuatannya tidak membutuhkan waktu lama.


4. Tidak Menggunakan Perekat dan Paku


Dalam proses pembuatannya juga memiliki keunikan di mana kapal dibuat badannya terlebih dahulu, bukan kerangkanya. Selain itu, proses penggabungan kayu satu dengan lainnya juga cukup unik.

Bukan menggunakan lem perekat atau paku seperti kapal-kapal modern biasanya. Kapal ini menggunakan pasak atau sisa-sisa kayu yang digunakan dalam proses pembuatannya untuk menggabungkan bagian-bagiannya.


5. Tidak Habis Dimakan Zaman


Seperti yang sudah dijelaskan bahwa kapal pinisi sudah ada sejak abad ke 14 lalu. Ini juga menjadikannya sebagai warisan dunia bukan benda yang ditetapkan oleh UNESCO PADA 2017 lalu.

Kini, kapal ini telah digunakan sebagai kapal untuk perjalanan wisata ke berbagai pulau. Jika Anda tertarik untuk mengetahui sejarah dari kapal ini dapat mengunjungi situs kami.


6. Telah Digunakan untuk Menjelajahi Dunia


Meskipun dibuat secara manual dan oleh 5 orang saja, kapal ini telah berhasil berlayar mengelilingi dunia. Pada zaman nenek moyang dahulu, kapal ini telah mencapai Madagaskar, Australia, dan banyak lagi.


Saat ini, giliran Anda yang berkeliling dunia menggunakan kapal ini. Gunakan jasa Yacht Sourcing untuk mendapatkan pengalaman berlayar terbaik dengan layanan dan fasilitas yang kami berikan.


Lagu nenek moyangku seorang pelaut adalah gambaran suku Bugis yang telah berlayar sejak abad ke 14. Sekarang, Anda juga dapat berlayar menggunakan kapal pinisi dari Yacht Sourcingseperti suku bugis dengan mengunjungi situs kami di https://yachtsourcing.com/id/sejarah-pinisi/ .

7 views0 comments

Kommentare


Postingan: Blog2_Post
bottom of page